Situasi panen belum memasuki tahapan dalam skala besar sehingga harga beras belum dapat dipastikan kembali ke harga normal.
JAKARTA | Bandungraya.co
Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini di pasaran, diprediksi akan terus terjadi hingga Maret 2024 lantaran petani belum memasuki musim panen raya.
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid ketika ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (23/2) menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak pasti mengakibatkan musim panen saat ini menjadi tidak jelas.
Menurut dia, situasi panen belum memasuki tahapan dalam skala besar sehingga harga beras belum dapat dipastikan kembali ke harga normal.
Harga beras medium stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dijual dengan harga Rp10.900/kilogram sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Namun, kata dia, ada pedagang yang menjualnya sekitar Rp11.000/kg hingga Rp11.500/kg.
“Kalau sudah terjadi panen raya, dapat dipastikan harga beras turun. Tapi kalau setidaknya terjadi gagal panen, kami belum tahu seperti apa ke depannya,” kata Zulkifli.
Dia memastikan harga beras akan kembali normal, sesudah panen raya yang diperkirakan terjadi pada pertengahan atau akhir Maret 2024.
Zulkifli menjelaskan, ketidakpastian cuaca yang disebabkan El-Nino mengakibatkan kondisi panen padi menjadi tidak menentu.
“Sebenarnya kita sudah panen, tetapi ada kegagalan panen istilahnya. Terlebih cuaca tidak jelas, ada El-Nino ditambah lagi, di daerah panen padinya belum menentu,” ucapnya.
Salah satu pedagang beras di Pasar Cijantung, Jakarta Timur, Rini (43) menjelaskan, harga beras saat ini dijual dengan harga Rp12.500/kilogram, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp9.000/kg.
“Harga Rp12.500/kg itu untuk beras yang kelas terendah, kualitasnya agak pera,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengajak masyarakat beralih ke pembelian beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) guna mengatasi mahalnya harga beras premium saat ini.
“Jadi, saya berharap masyarakat beralih ke beras SPHP, kan kalau beras premium barangnya lagi naik dan barangnya juga tidak sesuai dengan yang ditentukan,” kata Zulkifli di sela peninjauan harga beras di Transmart Cempaka Putih di Jakarta, Senin (19/2).
Dia menyebut bahwa dari hasil peninjauan yang dilakukan pihaknya, harga beras premium cukup tinggi dan bervariasi mulai Rp72.000, Rp75.000, bahkan ada yang menjual Rp80.000 per lima kilogram. Harga tersebut tidak sesuai dengan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp69.500 per kilogram.
Zulkifli menjelaskan, bahwa peningkatan harga beras premium tidak hanya disebabkan oleh faktor ketersediaan, tetapi juga oleh penundaan panen akibat fenomena El Nino.
Hal tersebut berdampak pada ketersediaan beras di pasaran, mengakibatkan tingginya harga jual.
“Memang suplainya beras premium itu tidak sebanyak dulu karena kita belum panen, panennya mundur, karena fenomena El Nino, suplainya kurang harganya naik,” ucap Zulkifli.
Menurut Zulkifli program beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Perum Bulog sebagai solusi alternatif dalam menanggulangi kenaikan harga beras premium yang tinggi di sejumlah ritel modern maupun di pasar tradisional.(JR)