Keamanan Digital Indonesia Masih Rentan, Edukasi dan Literasi Jadi Kunci Utama

- Penulis

Minggu, 2 Februari 2025 - 23:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDUNG RAYA | BANDUNG

Maraknya kasus peretasan dan kebocoran data pribadi di era digital semakin meresahkan masyarakat Indonesia. Sebagai negara yang rentan terhadap serangan siber, berbagai insiden kebocoran data telah merugikan individu, perusahaan, hingga instansi pemerintah. Serangan siber seperti peretasan data, pencurian identitas, dan penyalahgunaan informasi rahasia menunjukkan bahwa sistem keamanan digital Indonesia masih memiliki banyak celah yang perlu diperbaiki.

Hilmi Anugrah Bela Negara, mahasiswa Teknik Informatika, menyoroti bahwa ancaman siber tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada sektor publik dan bisnis. “Berbagai kasus kebocoran data yang menimpa lembaga keuangan, layanan kesehatan, hingga pemerintahan menunjukkan bahwa sistem keamanan siber Indonesia masih belum cukup kuat menghadapi ancaman global,” ujarnya saat ditemui pada Minggu (2/2/2025).

Menurut Hilmi, celah keamanan yang belum teratasi dengan baik menjadi peluang bagi para peretas untuk mengeksploitasi data penting, termasuk informasi sensitif milik masyarakat. “Sayangnya, kesadaran akan pentingnya keamanan digital di kalangan masyarakat masih tergolong rendah. Banyak orang tidak menyadari risiko besar yang mereka hadapi saat beraktivitas di dunia maya,” tambahnya.

Edukasi dan Literasi Digital Jadi Solusi

Hilmi menekankan bahwa untuk menghadapi ancaman siber, kesadaran dan edukasi mengenai keamanan digital perlu ditingkatkan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan memahami dasar-dasar teknologi, terutama di bidang programming dan keamanan siber. “Dengan memiliki pengetahuan tersebut, masyarakat akan lebih memahami bagaimana sistem digital bekerja serta cara melindungi data pribadi agar tidak mudah diretas,” jelasnya.

Ia juga menyatakan bahwa mempelajari coding dan programming dapat menjadi solusi utama dalam menghadapi ancaman kejahatan digital. “Memahami cara kerja teknologi membuat seseorang lebih siap melindungi data pribadinya dan mengetahui bagaimana sistem keamanan bekerja untuk mencegah peretasan,” ujar Hilmi.

Manfaat Belajar Coding

Hilmi menjelaskan bahwa pemahaman coding tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang ingin menjadi programmer profesional, tetapi juga bagi masyarakat umum. “Belajar coding dapat meningkatkan kesadaran dan perlindungan terhadap keamanan digital. Selain itu, coding juga melatih seseorang untuk berpikir logis dan kritis, yang sangat berguna dalam berbagai bidang,” tambahnya.

Ia juga menyambut baik rencana pemerintah untuk memasukkan mata pelajaran coding dalam kurikulum tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Ini adalah keputusan yang sangat baik untuk meningkatkan literasi digital di kalangan generasi muda. Negara lain sudah menerapkan pembelajaran coding sejak dini, dan Indonesia sebenarnya sudah memiliki program seperti Coding for Kids yang mengajarkan coding dengan metode menyenangkan dan sesuai dengan usia anak,” ujarnya.

Peran AI dan Tantangan Ke Depan

Hilmi juga membagikan pengalamannya tentang perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam dunia programming. “AI semakin mempermudah proses coding, mulai dari menulis kode, mendeteksi bug, hingga mengembangkan sistem yang lebih efisien. Namun, AI juga bisa menjadi pedang bermata dua jika disalahgunakan untuk tujuan yang merugikan, seperti menciptakan deepfake, menyebarkan berita palsu, atau bahkan membantu peretasan,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya regulasi dan pemanfaatan teknologi yang diimbangi dengan prinsip etika yang kuat. “Penggunaan teknologi harus dilakukan secara bijak. Masyarakat perlu tetap waspada dan tidak terlalu bergantung pada teknologi, sambil selalu berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi di dunia digital,” tambahnya.

Penutup

Hilmi menegaskan bahwa semakin paham seseorang terhadap teknologi, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi korban kejahatan digital. “Belajar coding tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga berkontribusi menciptakan ekosistem digital yang lebih aman,” pungkasnya.

Dengan meningkatkan literasi digital dan kesadaran akan keamanan siber, diharapkan Indonesia dapat memperkuat pertahanan digitalnya dan mengurangi risiko kebocoran data di masa depan.(Rb/Fj)

Berita Terkait

Kota Bandung Mantapkan Langkah Menuju Smart City Terintegrasi dan Inklusif
Septiawan Santana: Fenomena Koin Jagat Bukti Hiperealitas di Masyarakat
JMSI dan Wamen Kominfo Bicarakan Potensi Ancaman Artificial Intelligence
Pemkot Bandung dan Kementerian PUPR Siapkan Pembangunan TPST Berteknologi RDF di Gedebage
Yovie & Nuno Membius Penonton di West Java Festival 2024
Polemik Konser Sheila On 7 di Kota Bandung: Pemkot Beri Opsi Pemindahan Lokasi
PT Teknologi Sahabat Alam Luncurkan Mobil Otonom Pertama di Indonesia
Deretan 5 Konser Musik di Kota Bandung Yang Perlu Kamu Datangi di Bulan Agustus
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 2 Februari 2025 - 23:40 WIB

Keamanan Digital Indonesia Masih Rentan, Edukasi dan Literasi Jadi Kunci Utama

Kamis, 16 Januari 2025 - 06:01 WIB

Kota Bandung Mantapkan Langkah Menuju Smart City Terintegrasi dan Inklusif

Rabu, 15 Januari 2025 - 03:09 WIB

Septiawan Santana: Fenomena Koin Jagat Bukti Hiperealitas di Masyarakat

Rabu, 20 November 2024 - 08:58 WIB

JMSI dan Wamen Kominfo Bicarakan Potensi Ancaman Artificial Intelligence

Rabu, 2 Oktober 2024 - 12:02 WIB

Pemkot Bandung dan Kementerian PUPR Siapkan Pembangunan TPST Berteknologi RDF di Gedebage

Berita Terbaru

BANDUNG RAYA

Hujan Lebat dan Angin Kencang Ancam Sejumlah Wilayah Jawa Barat

Senin, 10 Feb 2025 - 10:33 WIB