BANDUNG RAYA | BANDUNG
Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan seminar dan diseminasi buku berjudul Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial edisi keempat. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium SBM ITB dan dihadiri oleh mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) ITB.
Seminar ini bertujuan untuk mengedukasi peserta tentang fakta-fakta seputar kelapa sawit dan potensi minyak nabati ini sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Acara ini menghadirkan tiga dosen dari program studi yang berbeda di ITB, yaitu Teknik Kimia, Ilmu dan Teknologi Hayati, serta Farmasi, yang memberikan perspektif beragam mengenai topik tersebut.
Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Ir. Tungkot Sipayung, berharap seminar ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kelapa sawit dan perannya dalam pengembangan industri. Ia menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam mendorong kemajuan sektor kelapa sawit di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Ir. Sanggono Adisasmito, yang mewakili Program Studi Teknik Kimia ITB, menjelaskan bahwa buku Mitos Vs Fakta mengungkapkan sejarah kelapa sawit secara objektif dengan dukungan data dan grafik. “Biarlah angka yang berbicara,” ujarnya, menekankan pentingnya data dalam memahami industri ini.
Anwar Sadat, Staf Senior Divisi UKMK BPDPKS, menjelaskan bahwa kelapa sawit menyumbang 24% dari total minyak nabati dunia, dengan Indonesia memproduksi 60% dari kebutuhan global. “Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia,” imbuhnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa kelapa sawit menyumbang 3,5% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yaitu sekitar 88 triliun rupiah, yang lebih besar dibandingkan dengan APBD Jawa Barat dan DKI Jakarta. Ia juga menyoroti bahwa 42% dari perkebunan kelapa sawit dimiliki oleh petani swadaya, menegaskan bahwa industri ini berkontribusi pada ekonomi masyarakat.
Namun, Anwar Sadat juga mencatat adanya tantangan bagi industri kelapa sawit, khususnya stigma negatif yang muncul di negara lain. PASPI terus berupaya mengedukasi masyarakat untuk mengurangi stigma tersebut dan menjelaskan bahwa banyak produk sehari-hari yang mereka gunakan berasal dari kelapa sawit.
Dr. Tungkot Sipayung menambahkan bahwa alumni Teknik Kimia ITB memiliki peran penting dalam perkembangan industri kelapa sawit Indonesia. Ia menjelaskan bahwa kelapa sawit memiliki potensi yang sangat luas dan dapat menjadi komoditas strategis yang memengaruhi pangan, energi, dan ekonomi negara.
Dari sudut pandang hilirisasi, Dr. Ir. Rasendra menegaskan bahwa limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai biomassa untuk bahan bakar. Meskipun biaya produksi biodiesel dari kelapa sawit saat ini lebih tinggi, ia optimis bahwa pengembangan industri ini dapat dilakukan.
Dalam konteks farmasi, Prof. Dr. Elfahmi menyebutkan bahwa kelapa sawit memiliki potensi sebagai bahan baku penting dalam industri farmasi. Ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat potensi produksi vitamin A dan E dari kelapa sawit yang sedang diteliti oleh mahasiswa farmasi.
Sementara itu, Dr. Elham dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB mengingatkan tentang pentingnya memperhatikan dampak jangka panjang dari ekspansi kelapa sawit. Ia mengusulkan agar fokus pada intensifikasi penggunaan lahan dan menghindari deforestasi yang dapat merugikan lingkungan.
Di akhir seminar, Dr. Tungkot Sipayung menyatakan rasa terima kasih atas berbagai masukan dan diskusi yang telah berlangsung, dan berharap kerjasama dapat terjalin untuk memaksimalkan potensi kelapa sawit sebagai salah satu sumber daya utama negara. “Inilah yang kita punya, mari kita jadikan sawit sebagai senjata utama kita,” tutupnya.(Rb/Fj)