Diskon Listrik 50% Picu Deflasi Januari 2025, Ekonom Khawatirkan Dampak Jangka Panjang

- Penulis

Selasa, 4 Februari 2025 - 09:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDUNG RAYA | BANDUNG

Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada Januari 2025 mengalami deflasi 0,76% secara bulanan (month-to-month), didorong oleh kebijakan diskon tarif listrik 50% untuk pelanggan daya 2.200 VA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan deflasi terbesar berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, yang menyumbang penurunan 1,44% akibat program subsidi pemerintah ini.

Faktor Penyebab Deflasi

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, diskon listrik memenuhi kriteria perhitungan inflasi karena tersedia secara luas dan berdampak signifikan pada pengeluaran rumah tangga. Selain listrik, penurunan harga komoditas seperti tomat (0,03%), mentimun, tarif kereta api, dan tiket pesawat turut berkontribusi, meski dalam persentase kecil (masing-masing 0,01%). Di Jawa Timur, deflasi mencapai 0,54% dengan pola serupa, dipicu penyesuaian harga pascaliburan Natal-Tahun Baru.

Respons Pemerintah vs. Peringatan Ekonom

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, membela kebijakan diskon listrik sebagai upaya menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi. Namun, ekonom INDEF Rizal Taufikurahman mengingatkan risiko deflasi berkelanjutan: penurunan konsumsi dan tekanan pada bisnis-industri. “Jika tren ini berlanjut, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat karena bisnis mengurangi produksi dan investasi,” ujarnya.

Proyeksi vs. Realita

Deflasi Januari ini di luar perkiraan ekonom yang sebelumnya memperkirakan inflasi rendah di bawah 0,5%. Rizal menekankan, deflasi berpotensi memicu siklus negatif: masyarakat menunda belanja karena harapan harga turun, sehingga permintaan melemah dan pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat.

Imbauan dan Tantangan Ke Depan

Pemerintah diharapkan mempertimbangkan keseimbangan antara stimulus ekonomi dan stabilitas harga. Meski diskon listrik memberi napas bagi rumah tangga, perluasan program ke sektor produktif dan monitoring ketat terhadap dampak makroekonomi menjadi kunci untuk menghindari resesi deflasi.

Catatan: Deflasi Januari 2025 menjadi sinyal bagi pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan subsidi, sambil memastikan stimulus tidak menggerus pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kolaborasi antara otoritas fiskal, moneter, dan pemangku kepentingan diperlukan guna menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.(Rb/Fj)

Berita Terkait

BRI UMKM EXPO(RT) dan Microfinance Outlook 2025 Resmi Dibuka, Bukti Nyata Komitmen BRI Dukung UMKM
Pasar Kuliner Dadakan di Persilangan KA Sasaksaat: Penumpang Jajan, Jadwal Diubah
Pelaksanaan Program MBG dalam Tahap Evaluasi
Cabai yang Harganya Pedas Menggila di Bandung
Jasa Keuangan Jabar Resilient Dukung Pertumbuhan Ekonomi
PPN Naik Jadi 12 Persen: Warga Gelisah, Pengusaha Kecil Terdesak, Ibu Rumah Tangga Pusing Hitung Pengeluaran
Stok dan Harga Pangan Stabil di Bandung Jelang Natal dan Tahun Baru
Pentingnya Kerjasama Multisektor dalam Penanganan Pengangguran Terbuka
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 4 Februari 2025 - 09:33 WIB

Diskon Listrik 50% Picu Deflasi Januari 2025, Ekonom Khawatirkan Dampak Jangka Panjang

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:43 WIB

BRI UMKM EXPO(RT) dan Microfinance Outlook 2025 Resmi Dibuka, Bukti Nyata Komitmen BRI Dukung UMKM

Selasa, 14 Januari 2025 - 08:41 WIB

Pasar Kuliner Dadakan di Persilangan KA Sasaksaat: Penumpang Jajan, Jadwal Diubah

Jumat, 10 Januari 2025 - 04:02 WIB

Pelaksanaan Program MBG dalam Tahap Evaluasi

Rabu, 8 Januari 2025 - 11:42 WIB

Cabai yang Harganya Pedas Menggila di Bandung

Berita Terbaru

BANDUNG RAYA

Hujan Lebat dan Angin Kencang Ancam Sejumlah Wilayah Jawa Barat

Senin, 10 Feb 2025 - 10:33 WIB