BANDUNG | Bandungraya.co
Sebanyak 41 rumah sakit di Kota Bandung telah dipastikan siap menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merebak dalam beberapa waktu terakhir. Pemerintah Kota Bandung juga telah menggelar rapat koordinasi dengan para direktur dan kepala rumah sakit terkait masalah ini.
Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, mengaku telah secara langsung meminta kepada rumah sakit untuk memberikan pelayanan maksimal bagi pasien DBD.
“Hari ini kita undang para direktur rumah sakit untuk bersama-sama menangani kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Kita berkomitmen untuk memberikan ruang penanganan segera kepada pasien DBD,” ujarnya dalam keterangan di Bandung, pada Kamis (28/3/2024).
Rumah sakit juga diminta untuk terus memperbaharui data pasien DBD secara berkala guna memastikan validitas dan keakuratan data yang digunakan dalam upaya penanggulangan DBD.
“Sampai dengan minggu ketiga bulan Maret, terjadi penurunan kasus DBD dibandingkan dengan awal Maret. Kami berharap agar data yang diperoleh tetap valid dan real-time, sehingga sistem informasi yang dibangun dapat terus diperbarui,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, mengungkapkan bahwa tingkat keterisian rumah sakit saat ini mencapai 73,6 persen, di mana beberapa rumah sakit didominasi oleh pasien DBD.
Untuk mengatasi lonjakan kasus DBD yang dirawat di rumah sakit, diperlukan sinergi antara pemerintah dan rumah sakit.
“Kota Bandung saat ini menghadapi peningkatan signifikan kasus demam berdarah, yang memberikan tekanan bagi rumah sakit karena tingkat keterisian tempat tidur mencapai 73,6 persen, cukup tinggi,” katanya.
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengakui bahwa hingga awal pekan ini (25/03/2024), mereka sedang merawat 11 pasien DBD dalam kondisi berat. Meskipun jumlahnya tidak banyak, namun angka tersebut menandakan peningkatan kasus di rumah sakit yang merupakan rumah sakit rujukan utama di Jawa Barat.
“Dari tiga bulan terakhir, angka kematiannya sekitar 6 persen. Namun, perlu diingat bahwa kasus DBD yang parah memiliki risiko kematian yang cukup tinggi,” ungkap dokter dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM IK Anak RSHS, Anggraeni Alam.
Anggraeni juga menjelaskan bahwa mayoritas kasus DBD menyerang anak-anak usia 0-14 tahun, di mana sekitar 75 persen dari kasus kematian terjadi pada kelompok usia ini.
“Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kasus DBD di Indonesia terus meningkat, dengan 73.518 kasus dan 705 kematian pada tahun 2021,” tambahnya.(il/BDR)
Penulis : il